Tenun Aceh Motif Bungong Kalimah
Tenun Aceh Motif Bungong Kalimah. Foto: museum.acehprov.go.id

Motif, Makna dan Sejarah Kain Tenun Aceh

Tenun.id – Pulau Sumatra dijuluki sebagai Swarnabhumi atau Swarnadwipa yakni sebuah julukan Pulau Emas. Julukan ini diberikan karena masyarakat Sumatra yang gemar memakai kain tenun berasal dari daerah Aceh dengan gemerlap warna, corak, dan kilauan emas yang terpancar dari tenun yang dipakainya.

Di balik tenun Aceh yang penuh dengan gemerlap tersebut, ternyata memiliki makna filosofi yang sangat mendalam. Seperti yang dikutip dari web National Geographic Indonesia, bahwa cerita ini berasal dari seorang masyarakat Aceh. Sebut saja Dahlia yang menceritakan kejayaan songket khas Aceh pada masa lalu.

Dahlia yang sudah berumur 53 Tahun hanya bisa menerima pesanan dari pelanggan kemudian meneruskan pesanan tersebut kepada para pengrajin Tenun Aceh di kampungnnya di Mukin Siem, Aceh Besar, Aceh. Hal ini dilakukannya karena Dahlia sudah tidak kuat lagi untuk menenun, seperti masa mudanya dulu.

Baca : Tenun Garut – Keindahan yang Tak Banyak Dikenal

Sejarah Kain Khas Aceh

Kata Dahlia “Tenun Aceh merupakan peninggalan nenek moyang yang harus dilestarikan. Tenun tua ini sudah berusia berabad – abad lamanya. Tidak hanya menjadi kerajinan tangan belaka, tenun ini juga memiliki filosofi disetiap corak yang dimiliki kain tersebut.”

Nyak Mu, begitu panggilan buat ibunya Dahlia yang mewariskan kerajinan tenun kepadanya. Yakni seorang insan yang melegenda yang memperkenalkan kerajinan tenun ini keseluruh pelosok Indonesia.

Menurut Dahlia, Nyak Mu adalah sosok pemberani dan gigih dalam melestasikan tenun aceh. Nyak Mu juga menerima keahlian menenunnya dari ibunya yang notabennya adalah nenek dari Dahlia. Kemudian neneknya juga memiliki keahlian menenunya dari buyutnya.

Dahlia merupakan generasi ke-lima pengrajin tenun di daerah berjuluk Serambi Makkah ini. Sebelum Tenun Aceh lahir, masyarakat Aceh hanya memakai kain serba hitam untuk menutupi badan mereka.

Menurut Laila Adul Jalil, salah seorang yang telah lama menjadi peneliti dari Balai Sejarah dan Kepurbakalaan Aceh, perkembangan tenun aceh berasal dari masyarakat yang mendiami daerah Aceh Besar, Aceh Selatan, Pidie dan Aceh Barat.

Ke empat wilayah tersebut merupakan sebuah bandar yang ramai dan sering menjadi tempat persinggahan para saudagar kaya dari mancanegara seperti Cina, India, Arab, Persia, Turki dan Siam.

“Tetapi Siem adalah wilayah pertama yang mengembangkan kerajinan Tenun Aceh,” kata Laila.

Tenun Siem adalah tenun yang terkenal pertama kali pada waktu itu. Hal ini dikarenakan kain khas Aceh yang satu ini memiliki variasi warna, corak serta motif hias yang eksotis dan atraktif.

Jumlah motif pada tenun ini bisa mencapai 50 motif dengna berbagai warna yang cerah. Apalagi tenun Siem menggunakan benang sutra sebagai bahan baku utama, serta benang perak dan emas untuk membentuk motifnya.

Motif Tenun Songket Aceh

Menurut Laila, motif yang terdapat pada kain tenun ini tidak semata – mata untuk keperluan hiasan saja, akan tetapi juga memiliki makna filosofis yang mendalam yakni motif yang menggambarkan keadaan lingkungan alam sekitar.

Diantara semua motif yang menarik, motif bungong adalah adalah motif yang paling terkenal. Tenun Aceh motif bungong terbentuk dari petikan – petikan kalimah dalam ayat suci Al-Qur’an yang biasanya digunakan untuk penutup kepala dan selendang bagi perempuan. Penempatan motif bungong kalimah di bagian kepala berkaitan erat dengan konsep yang berkembang dalam masyarakat Aceh bahwa kalimah Allah harus ditempatkan di posisi yang tinggi.

Banyak sekali jenis – jenis motif songket Aceh selain Bungong yakni seperti motif buah, motif bunga, motif awan, motif tali air serta geometris. ‘Terdapat juga motif bunga delima, arti filosofi dari buah delima juga sangat menarik yakni menggambarkan salah satu buah yang ada disurga” Kata Laila.

Sebenarnya masih banyak motif tenun aceh yang memiliki filosofi lainnya seperti motif daun sirih, motif pucuk rembung dan lainnya yang melambangkan kehidupan duniawi.